Sabtu, Januari 24, 2009

untukmu nenek...

Nenek ketika aku kecil kau selalu bimbing aku berjalan,ketika aku menangis kau memberiku jajan supaya aku berhenti dan akhirnya ketawa lagi. akupu senang bukan main kau terlalu perhatian kalau ku boleh bilang sejak ku di tinggalkan ibuku dari kecil hanya kau yang menemani hari-hari gelapku, sepiku, menyendiriku, sampai akhirnya aku dewasa ku masih belum tau pasti arti kasih ibu yang selalu aku impi-impikan. aku iri melihat teman-temanku yang selalu bahagia bersama bercanda dengan mesra,bercumbu.
Nenek tiap pagi kau menyiapkan sarapan untukku dan kakek, segera agak siang kau tidak juga letih untuk menyabit rumput untuk hewan yang kau pelihara tidak letih-letihnya kau gayuh setiap langkahmu untuk selalu sibuk mengerjakan berbagai hal sampai aku pulang kau juga belum menampakkan batang hidungmu. dari dalam rumah aku menunggu nasi buatanmu karna perut itu mulai lapar. segera dengan bibir tersungging akupun menyambut kedatanganmu tidak terlihat wajah capek atau letih dari wajahmu yang mulai keriput tidak pernah ku lihat..yang kulihat dan selalu ku rindukan adalah mata sayumu bersinar ketika menatapku dengan penuh kasih sayang, itu yang gak bisa aku lupakan sampai saat ini.
Malampun menjadi fenomena paling menarik, unik, ketika waktu mengaji kau membekaliku dengan sebuah obor buatan tangan yang kau sulam sendiri dari tangkai pelepah pepaya yang di isi minya gas bila waktuku pulang aku tidak takut dam obor itu bisa memani jalan gelap kampungku yang belum ada listrik sama sekali bersama dengan kawan2 seusiaku turut serta berjalan pulang beramai-ramai.
Masih ku ingat betul ketika suatu malam aku ketakutan karna ada SETAN TEK-TEK yang pada waktu itu lagi booming (setan yang suka menggangu hewan) aku lansung terbangun dan lari ke kamarmu untuk minta keloni dan bilang nek aku takut hehehe... nenek langsung berteriak "budduk maarhabi.....(semacam jampi-jampi untuk mengusir setan tek-tek)"untuk kemudian kau taruh aku di bawah ketiak hangatmu, kau dekap erat dan sungguh aku rasa betul kenikmatannya untuk kemudian aku terlelap kembali tidur lelap.
Masih membekas ketika seharian tidak pulang, asyik maen di rumah temenku sehingga tidak masuk sekolah Madrasah. waktu itu ku lihat wajahmu muram dengan sebilah pohon singkong maka jadilah kulitku santapan siangmu, aku lari sembunyi di bawah kolong tempat tidur menangis, mengumpat, benci, kesal campur aduk sampai akhirnya kau tidak tega da mengendongku yang sudah kelas lima SD.
Tanpa terasa talah usiaku bertambah aku mulai meninggalkankmu pelan tapi pasti aku mulai jarang mengunjungimu aku bukannya lupa tapi ini harus, aku harus pergi demi kewajiban, suatu keharusan bagi keluarga, di sisi lain aku senang dunia TV hitam putih seperti yang rame aku lihat tiap malam bersama teman satu kampungku habis ngaji sebentar lagi akan ada di jari akan ku pelototi sampai puas sebentar lagi, aku pergi untuk kembali di sebuah tempat suci di bilangan kota Bangkalan sebuah tempat bagi santri.
Sekarang setelah aku melalui tes SMP, SMA, serta kuliah tidak kutemukan lagi kegiatan itu, kau berubah drastis. layaknya orang tua kau sudah kembali ke dunia kecilmu kau sudah lupa padaku bahkan tidak ingat sama sekali, yang sering buatku sesak ketika kau berontak untuk minta pergi....jauh berjam-jam bahkan sampai berhari-hari kau tidak jua pulang..
Bisa kau bayangkan betapa sibuk hari itu kucari kau ke berbagai pelosok sungai, desa, jalanan, gunung dalam bayanganku terlintas pikiran yang aneh-aneh aku takut tidak bisa melihatmu lagi,aku takut.
Setelah lima hari barulah ku dapat kabar bahwa kau sudah pulang alhamdulillah, hidupku kembali normal walau sekarang tipa kali kau lupa maka borgol besi-besi tua itu telah siap menantimu di kamar yang sempit yang hanya berisi satu kursi saja, itu supaya kami tidak kehilanganmu kembali tapi ini semua demi kebaikanmu, anak cucumu yang sangat sayang sungguh.
Nek....tidak bisa lagi aku berbagi seperti dulu komat kamit suaramu jelas membuatku tidak mengerti apa yang sedang menimpamu. Apakah ini sebuah dosa yang telah banyak aku perbuat, dosa-dosa yang tangan ini entah berpuluh ribu yang aku sandang.
Dalam malamku pastikan ada sekucur ayat tentangmu yang tak pernah lepas melebihi siapapun, juga orang-orang yang perhatian selamat datang kembali dunia.


Versi lain

Nenek jika kau berjalan jauh bayanganmu sepintas ku rasa
Layaknya sekelebat angin sulit aku lihat
Tiba-tiba saja pergi dan aku langsung lari
Tergesa-gesa
Sambil berteriak ibu
Suasana kembali kacau
Aku hanya bisa menatap
Umi komat kamit
Aku terus diam
Dia meradang, memukul, menghina
Dia sadar?tentu hanya Allah yang tau
Yang aku tau dia hanya bisa bicara, berjalan, dan akhirnya menangis
Aku diam








Minggu, Januari 18, 2009

kampusku...oh..kampusku..

terima kasih
kau telah save
aku di sini
berbagai ilmu
kau rasuki
melalu gedung2
yang tak beraturan mulai rapu di sana sini
walaupun banyak
orang yang tak mengenalmu
banyak yang tak tau namamu
banyak yang tak percaya
banyak yang meragukan
terima kasih
disini aku di beri pengetahuan baru, teman yang aku saluti karna coraknya yang langka untuk di temui, dosen yang bikin tergopoh-gopoh untuk di ikuti.
tapi selalu setia menemani para mahasiswanya, di kelilingi sawah yang menghijau luas dan kegersangan yang amat ketika kemarau.
pada mulanya aku kira pembuangan
banyak komentar yang keluar
bahwa dindingmu
tempat terakhir
tempat penyesalan
tempat sampah
tempat desa
tempatnya para orang yang gak punya pilihan
hingga akhirnya menjadi tempat terakhir untuk tinggal
keberadaanmu di syukuri
ada pula yang menyumpahi
tapi kau tetap berdiri
menanti manusia datang
pergi