Jumat, September 11, 2009

rumah kecil di bibir waduk (1)

waktu itu aku harus mengalami stresss berat karna harus pergi KKN rasanya males bgt takut gak betah. sehari rasanya satu tahun bagiku.
tapi................
satu minggu kemudia aku mulai menemukan sebuah keluarga baru
Ayah, Bunda, Kakak, Beb2 ku semuanya l love you polll
aku mulai senang hidup di desa Kramat
hingga pada saatnya aku harus di panggil bu Guru, heheh aku ketawa tiap ingat itu rasanya aku mulai menikmati menjadi guru ecek-ecekan selama satu bulan ini. aku seperti ratu yang di manja selama satu bulan. di sana ku dapati ibu-ibu yang selalu on time menungguku jam9 pagi dengan tawa mereka yang khas, dan berkata selamat pagi ibu guru ku yang cantik..
ibu yang siap dengan layangan ciuman mesra tiap harinya....
ibu yang selalu tersenyum padaku
ibu yang selalu ringan tangan pada semua guru
ibu yang selalu memelukku erat
ibu, ibu. ibu yang matanya selalu ku rindukan
ahh.......... mereka terlalu gombal aku kira hehe
hingga pada suatu sore aku jalan-jalan dari rumah WB ke rumah lainnya dan terakhir aku berhenti di sebuah rumah mungil dekat waduk.
rumah itu sangat sederhana sekali dan jauh dari rumah penduduk lainnya, paling terakhir dan paling ujung sendiri aku gak tau kenapa beliau lebih memilih tinggal di situ.
Assalamualaikum...
Waalaikum salam, lalu keluarlah ibu Surya dari balik pintunya yang hanya di tutupi kain. aku dan ke tiga temanku masuk. ya tuhan..... aku hampir lagi menangis. kau tau di dalamnya kawan?? sebuah gubuk kecil yang hanya berisi satu ranjang sekaligus tempat solat, di pojok kanan ada sebuah lemari yang sudah reot, beras, krupuk, dan makanan yang di taruh sembarangan di kolong tempat tidur yang beralaskan tanah, juga baju yang di biarkan bergelantungan di sisi tabing.. dinding yang terbuat dari bambu yang sudah bolong aku yakin malamnya sangat dingin sekali di bibir waduk.
juga tungku tanah di depan rumah itu, dan sebuah sumur Kramat di belakang rumahnya.rumah itu hanya satu dan di dalamnya hanya tingga satu orang....
ya kemudian beliau menjamu kita dengan krupuk yang menjadi mata pencahariannya, dia mulai bercerita. begini cerita selengkapnya.
dulu aku kaya nak rumahku banyak,,,, kawin cerai 4 kali tapi aku tidak bisa punya anak, lalu aku mengambil anak angkat dan tinggal di Malang. hidupku bahagia walau akhirnya aku di tinggal suamiku dan akhirnya anak angkatku pun mulai meninggalkan ku juga. hartaku di bawanya pergi lalu aku pulang ke desa ini dengan tanpa apa2.... beruntunglah kepala desa di sini baik dan aku di buatka rumah olehnya. sekarang aku sudah tua, mungkin ini cobaan tapi aku gak pernah dendam apalagi dengan anak angkatku..
aku sangat rindu padanya... ungkapnya sambil tertunduk, makanya aku senang sekali bu waktu ibu ngajar di sini serasa anakku datang menjengukku. bu jangan sungkan-sungkan maen ke sini ya,,, entar kalau krupuknya dah kering aku bungkus untuk ibu semuanya,hehe lalu kamipun pamit pulang karna hari mulai sore... aku kaget ketika beliau mencium pipiku lama sekali, agak risih karna ibuku saja gak pernah menciumku hahah
lalu dengan mata agak sedih ibu itu melambaikan tangan da....da...da bu...
Aku mulai penasaran dengan keadaan beliau sebenarnya lalu hari-hari berikutnya kau mulai mengorek info dari ibi-ibu sana. yang mengagetkan ku ketika salah satu WB (warga belajar) bilang ibu surya segaja di kucilkan di bibir pantai itu karna sering bikin kisruh para tetangga, dulu pernah tinggal di di rumah familinya tapi karna orangnya suka gosip makanya gak ada yang betah dengan dia bu...
lalu bu lainnya bilang beliau lagi stresss
ahhh..... aku hanya diam saja siapa yang harus aku percayai ini, yang pasti aku masih kasihan melihat anak durhakanya tega meninggalkannya dan membawa kabur hartanya, juga suaminya yang kepincut orang lain itu..
bu Surya... aku tidak peduli dengan semuanya itu, aku hanya ingat pada hari-hari berikutnya aku mengunjungimu pada sore hari walaupun aku agak bosen juga tiap kali aku ke rumahmu di suguhi cerita yang itu2 saja,, aku tau ibu pasti sangat kecewa dengan keduanya. ibu pasti kesepian tiap malam-malamnya dan ibu selalu menghangatkan itu dengan menjalaninya tanpa sesal dengan kepasrahan. ibu Surya aku salut padamu,ya...
bertahan itu yang kamu lakukan hari ini, dan kau bisa melihatnya sampai saat ini tanpa siapa2.
Kramat desa penuh kesejuan.

....................