Selasa, Juni 16, 2009

AKU DAN TEMPAT SAMPAHKU (KOSAN PART II)

Kali ini insomnia kembali mampir lagi, aku tak marah karna bagaimanapun itu adalah bagian dari tubuh saya yang tidak bisa aku kendalikan, bagian dari kegelisahan, juga perasaan suntuk yang akhir-akhir ini tak kunjung lekang oleh waktu. Kali ini mungkin agak kumat karna hari “pembuangan sampah” walau agak males karna tubuh saya belum tidur juga walaupun mata saya sudah berkali-kali meminta untuk terlelap dan mulutpun juga tidak mau kalah ikutan nguap….
00.35 WIB sudah aku tunggu tapi dia belum juga datang, aku hanya berpikir malam ini dia tidak datang karna otak saya belum berfungsi normal walupun suara di luar masih terdengar jelas. Menjelang jam 2 malam akhirnya pintu kamarku ada yang mengetuk hem.. ini saatnya aku harus kembali ke alam sadarku untuk sementara hanya malam ini saja batinku, ya aku anggap ini sebagai kebutuhan konsumsi otakku agar tidak tidur terus sekaligus bisa jadi pekerjaan mingguan.
Setengah menubruk tubuh hangusku, aku terhenyak pasti ini sampah yang- BIASANYA, agak merayu akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dengan situasi ini lekas cerita sebelum kumat lagi ujarku.bukannya sok menggurui tapi agar dia tidak lagi stress dengan “sampah” yang di dapatnya kalau kelamaan bisa di pastikan bau busuk yang akan menyebar di rongga-rongga dadanya.
“ aku baru merasakan hatiku hangat kali ini ujar Rani, baru sekali setelah lama hatiku mencari tapi kehangatan itu harus hilang dalam waktu sekejap hanya kurang dari satu hari, semuanya harus berubah hilang dan akhirnya pergi… aku tidak tau kalau kebersamaan ini akan menimbulkan rasa yang aneh.. aku sudah tidak tahan lagi untuk keluar dari rasa ini tapi aku juga takut dengan rasa yang bakalan aku siapkan besok? Apakah rasa ini seperti tai kucing? Ketika ada tempat dan waktu yang pas rasa itu bisa saja berubah dengan cepat dia bisa saja pergi tanpa mau menolehku lagi”
“ apa yang bisa aku lakukan dengan kedua tanganku ini, aku tak mampu berkata juga bicara banyak tentang rasa yang tak mau juga bicara banyak padaku, hanya simbol-simbol aku tau apa tentang itu.. aku hanya tau kalau selama ini ada sesuatu yang berbeda dengan diriku sesuatu yang lembut dan berisik tiap kali kesunyian datang. Sadar ini musibah bagiku karna bagaimanapun semuanya bulshit tidak akan pernah ada jalan untuk keluar hanya ilusi yang datang tiap kali ada kesempatan bayangannya”
Saya hanya mengukuti iramanya, sedikit sampah itu mulai berkurang karna api mulai membakarnya, di sela tangisannya aku merasakan kesedihan yang di pikulnya setidaknya tragedi pembunuhan ini bakalan gagal malam ini entah untuk malam-malam berikutnya, otakku mulai penat ini kisah mulai rumit entah sengaja tuhan mengirimkannya untuk membuatku kalut lagi atau ini sebuah firasat buruk dari mimpi-mimpiku.
“ melanjutkan dia kembali bercerita aku menjadi agresif lebih lincah dengan rasa ini ujarnya,barangkali hanya lewat telepati aku merasakan hawanya tapi sedikit aku mulai percaya kalau rasa itu ada juga terpatri di mata sayunya. Sampai saat ini aku belum juga menemukan jawaban dari pertayaanku ini, aku masih terus mencari sampai aku merasa lelah dan akhirnya merelakan kegelisahan ini.ahh… ini akan buat aku termehek-mehek Rani kamu tau aku seorang yang mudah terpikat oleh darama yang melankolis suasana.”
Saya berfkir apa rasa itu tidak bisa di singgahi kali ini, lalu untuk apa rasa itu datang kalu hari ini bukan hari bahagianya kenapa harus pamer saat detik akhir seperti itu, kasihan dia harusnya bukan hanya sekedar rasa kasihan yang aku berikan untuknya sejauh ini aku berusaha memberikan pendengaran, mata, hati dan pikiranku untuk membantunya. Saya masih merasa kurang karna itu belum apa-apa saya hanya memberikan ruang dan atap agar sampah itu jangan sampai terbakar hangus. Saya juga bukan manusia yang bisa di percaya untuk persoalan semacam ini bagaimana tidak saya saja tidak punya kekuatan untuk menambah energi sinar, saya hanya bisa mengeluh dan berharap pasti dengan nasibnya hari ini bisa kelar.
Sejauh ini aku melihat kepasrahan darinya. ” lalu dia mulai kembali ke alurnya aku harus memutuskannya malam ini katanya padaku, mungkin karna aku terlalu lelah menunggu dan ini jawaban dari hatiku sendiri bahwa rasa itu akan berubah dengan waktu entah dengan rasa yang sama atau dengan rasa yang berbeda pula. Ini kebebasan dari hatiku aku merasa lepas dan jauh lebih enak dengan keadaan ini tidak ada lubang lagi aku mencari tapi dia juga tak lagi mau mendengar. Setidaknya aku sudah berusaha untuk jujur bleh dan ini bukan sekedar rasa yang biasanya mengalir begitu saja ada hujan yang mengalir nikmat waktu menyentuhnya itu yang tidak bisa aku lupakan”. Ya aku mengerti jauh lebih mengerti walaupun kamu tidak selengkapnya bilang.
Kepada hati itu aku terlena di manapun aku terbawa, hanya sebuah kalimat yang masih belum aku dengar aku terus mencoba, walau kesempatan itu gagal aku belum tau pasti karna waktu terus berjalan mencari hari baik untuk memikirkan hanya menghitung hari dan itu teramat lama bisa jadi akan hilang begitu saja sebagai perwakilan ke gengsianmu bleh, iya dan ini berakhir tanpa percobaan dan perpisahan, ucapan rasa yang sama bukannya itu indah.
Pagi tiba walau teriknya masih muram satu sampah sudah selesai di bakar malam tadi, sedikit merelakan tidurku yang sudah kadong lewat masanya aku juga senang kalau akhirnya aku bisa melihat senyumnya lagi dan itu sudah menebus tidurku walupun sebenarnya aku belum ngelakuin apa-apa untuknya. Paling tidak malam itu dia sudah berani datang untuk cerita tentang rasanya.