Rabu, Agustus 25, 2010

tentang rasa

tentang hati...
tentang jiwa yang terbang..
tentang asa yang kadang menggelora
ini semua menyiksaku

Kamis, Maret 04, 2010

HILANGNYA CINTA ITU (Perbedaan status antara kyai dan rakyat biasa)

HILANGNYA CINTA ITU
(Perbedaan status antara kyai dan rakyat biasa)

”Jika kita aku tak bisa memilikimu ijinkan aku untuk tetap bisa mengenangmu sampai akhir, kau adalah milikiku sekarang hingga mati hanya kamu yang selalu ruang hati, kau begitu istimewa dan tak akan pernah tergantikan oleh siapapun sekalipun bukan kamu pendampingku”

Itulah sedikit cuplikan surat yang paling aku hafal dari kisah nyata dua manusia Madura, cinta mereka tidak berakhir indah seperti di sinetron2. sebut saja Rama dan Jamila (nama samaran) karna Jamila bukan dari kalangan kyai keluarganya tidak setuju walaupu Rama sudah berjuang mati-matian tapi tetap saja cintanya pada Ibunya lebih besar, dan Jamilapun tidak bisa menuntun banyak dia tau diri tidak mungkin memaksakan keinginan, Rama sudah tidak bisa menikahinya tapi perasaanya begitu kuat apa yang bisa di lakukannya padahal umurnya sudah beranjak kepala 3. Hingga dia memutuskan untuk menikah dengan orang lain dia kubur dalam-dalam kisahnya dengan Rama, Rama yang jauh di Mesir (AL-Azhar) dan Jamila di Malang (UIN) semua pengorbanan sia-sia 7 tahun tak bertemu memendam cinta dan rindu begitu setia dan keduanya tidak bisa bersama karna perbedaan status.
Aku menangis mendegar cerita ini, apalagi kejadian ini di alami oleh keluargaku sendiri Jamila yang sudah aku anggap saudara kandung juga Rama kakak terbaikku. Begitu sempit aku pikir sudah 2010 dan kejadian macam ini masih ada, orang tua jaman sekarang akan memberikan keputusan kepada anaknya apa yang mennjadi pilihannya. Tapi tidak dengan masyarakat Madura walaupun pendidikan sudah mulai berkembang tapi ada aturan yang masih dan sulit di rubah yaitu ” jodoh”. Kultur budaya masyarakat Madura yang satu ini memang membutuhkan waktu yang lama atau mungkin tidak akan bisa di rubah, kyai adalah orang yang sangat di hormati mereka adalah panutan dari segi agama selain Blater. Maka dari itu barang siapa yang ingin menjadi menantu dan sebaliknya haruslah dari kalangan yang sama kalau tidak dia mungkin maaf akan menjadi istri ke dua, tiga dan seterusnya yang berada di luar kediaman (pondok) seperti sepupuku nasib sepupuku.

Salah apa keluarga Jamila, jika bisa memilih semua orang ingin di lahirkan dari keluarga terhormat di terima di mana saja tanpa membedakan status. Tidak ada yang di salahkan semuanya hanya demi kebaikan bersama, cinta mungkin bukan segalanya karna pepatah orang tua Madura selalu bilang ketika menikahkan/menjodohkan anaknya dengan orang yang tidak di cintainya yaitu ” cinta akan datang setelah kalian mencoba bersama walaupun pada awalnya kalian tidak saling suka”. Ini mereka buktikan ketika seteah menikah mereka punya anak dan itu buah cinta mereka walaupun belum pasti apakah mereka saling mencintai??
Bersama tanpa cinta jelas menyiksa, entah terpakasa atau pasrah hanya mata-mata penuh kesabaran yang aku lihat dari nasib si penerima. So buat kalian yang punya pacar, teman, sahabat, all about Madura jangat pesimis yaaaa... ; )
Di manapun tempatnya kejadian seperti ini sudah ada di mana-mana, di mohon masukan dan kritikannya thanks.